7 Cara Membangun Rumah Tahan Gempa agar Kokoh dan Stabil

Memiliki letak geografis di wilayah cincin api pasifik, membuat Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan dengan terjadinya gempa dan aktivitas vulkanis. Oleh sebab itu ada baiknya kita untuk memperhitungkan ketahanan dan kekuatan pada saat hendak membeli atau bahkan membangun sebuah rumah tinggal.

Mampu menghadapi serangan gempa dengan skala kecil tanpa memiliki kerusakan merupakan salah satu ciri sebuah bangunan tahan gempa. Selain itu, bangunan tahan gempa juga akan hanya mengalami kerusakan saat gempa besar terjadi. Adapun jika mengalami kerusakan yang lebih berat, diharapkan bangunan tahan gempa masih kokoh berdiri dan tidak tumbang mencelakai pemilik rumah.

Lalu bagaimana membuat rumah dapat bertahan dan beradaptasi dengan bencana, terutama gempa? Berikut ini adalah 7 cara membangun rumah tahan gempa yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hunian yang kokoh dan aman.

1. Rancangan denah simetris

Standar pembangunan rumah yang memiliki ketahanan terhadap gempa adalah menggunakan desain simetris, baik itu kotak maupun lingkaran. Selain denah, upayakan agar tinggi bangunan tidak lebih dari 4 kali lebat bangunan untuk menghindari kerobohan. Namun di Jepang ada beberapa struktur bangunan tinggi tahan gempa dan dibangun dengan cara yang canggih, mengingat Jepang sangat sering terkena gempa.

Konsep secara keseluruhan adalah dengan menggunakan bentuk yang tidak kompleks, sederhana saja dengan struktur yang tidak rumit. Struktur yang sederhana memudahkan gaya vertikal dan horizontal yang membuat bangunan memiliki daya tahan lebih tinggi terhadap guncangan. Struktur vertikal perlu ditempatikan di titik yang benar untuk menerima beban vertikal yang besar. Sehingga semakin besar gaya vertikal yang dialami, maka akan makin besar juga ketahanan terhadap seismik horizontal atau gaya gempa dan momen puntiran yang dialami.

2. Dilatasi

Jika tanah yang Anda miliki untuk membangun rumah tidak memungkinkan diaplikasikan denah yang simetris, maka Anda dapat melakukan pemisahan struktur atau dilatasi di satu atau beberapa titik. Proses dilatasi ditujukan agar beberapa bidang dinding yang terbuka dapat menjadi kotak tersendiri atau area yang tertutup. Sehingga bila ada konstruksi di salah satu titik yang rusak karena gempa, hal tersebut tidak menerus ke area yang sudah terpisah karena dilatasi.

3. Struktur monolit

Penggunaan bahan bangunan yang sama atau istilah teknisnya adalah struktur monolit merupakan salah satu cara membangun rumah tahan gempa  karena dapat membuat rumah lebih stabil. Hal ini dikarenakan penggunaan material yang berbeda akan mengalami reaksi yang juga berbeda saat gempa melanda.

4. Menggunakan konstruksi berkesinambungan

Konstruksi rangka dapat ditempuh dengan membuat siku tepat 90 derajat pada bagian pojok tiap siku bangunan. Baik itu pertemuan antar pondasi, rangka kayu atap atau pertemuan pondasi dengan kolom bangunan. Jika Anda menggunakan kolom kayu, gunakan ukuran standar pasar, 2 x 5/10.

Salah satu konsep rumah tahan gempa adalah adanya kesatuan pada seluruh elemen untuk menciptakan bangunan yang terintregasi atau berkesinambungan. Penggunaan balok beton atau sloof di bagian atas pondasi yang dipasang dengan angkur setiap jarak setengah meter, diperlukan agar bangunan memiliki integrasi atau kesinambungan yang baik. Selain itu sloof juga berguna untuk mengikat kolom untuk membagi distribusi beban upper structure (struktur bagian atas) ke pondasi secara menyeluruh. Pengikatan ini menggunakan plat U pada ujung bawah kolom yang terpasang dengan adukan beton sloof.

Selain itu, ukuran balok yang digunakan juga tidak boleh lebih lebar dari tiang atau kolom yang menjadi tumpuan balok. Prinsip ini ditujukan agar tidak terjadi tegangan hambatan pada tumpuan.

5. Perkokoh pondasi bangunan

Cara membangun pondasi rumah agar kuat dan kokoh harus sangat diperhatikan. Ketika membangun di area dengan tanah lunak, maka penggunaan sirtu atau campuran material batu perlu digunakan agar tanah menjadi lebih keras dan stabil. Pemilihan plat lantai beton bertulang maupun pondasi batu kali menerus dengan sloof beton bertulang dapat menjadi pilihan pondasi sederhana, kuat dan tidak mudah patah saat terjadinya gempa. Catatan penting lainnya adalah penggunaan konstruksi pondasi harus dibuat secara menerus, tidak terpotong demi menghemat biaya produksi bangunan atau menghemat penggunaan material batu.

Ada kalanya beberapa penghematan dilakukan dengan memotong pondasi di bagian pintu terletak karena dianggap area pintu tidak memiliki beban untuk disalurkan pada pondasi di bawahnya. Hal ini membuat beban konstruksi tidak disalurkan ke pondasi dengan baik sehingga apabila terjadi gempa, rumah menjadi tidak stabil karena getaran tidak terserap ke seluruh bagian pondasi.

6. Dinding penahan gempa

Paduan material lokal dapat dijadikan salah satu pilihan pembangunan dinding tahan gempa. Menganut kebiasaan masyarakat Indonesia setempat, Anda dapat menggunakan perpaduan dinding material kayu dan batu bata. Penyatuan dinding dengan kolom dan sloof di bagian atas pondasi dapat menggunakan angkur dengan jarak setiap 30 cm. Selain itu, untuk membuat dinding lebih kokoh tambahkan pengikat silang untuk pengaku untuk mengatasi gaya horizontal saat terjadi gempa.

Tambahan balok lintel pada bukaan lebar seperti jendela maupun pintu diperlukan agar bukaan tersebut tidak terlepas saat terjadi guncangan dahsyat. Balok lintel dapat diletakkan di bagian atas kusen bukaan rumah.

7. Gunakan atap berbahan ringan

Menggunakan material atap dengan bahan yang ringan dapat membuat momentum yang dialami saat terjadi guncangan gempa hebat tidak begitu besar. Hal ini akan membuat atap tidak berayun dengan kencang. Dapat dipastikan material akan jatuh ataupun roboh ketika material tersebut memiliki massa yang berat. Selain ringan, jenis atap rumah yang tidak panas juga bisa menjadi pertimbangan Anda.

Atap dengan menggunakan sirap dapat menjadi salah satu material ringan penutup atap. Untuk rangka atap, Anda dapat menggunakan pilihan aluminium yang lebih ringan daripada kayu. Selain memiliki massa yang lebih ringan, aluminium juga bebas dari serangan rayap. Sedangkan untuk konstruksi atap, menggunakan penghubung batang pengaku atau batang lintel antar kuda-kuda atap. Sebagai catatan, sambungan horizontal tidak tepat terletak di titik buhul agar terhindar dari lendutan guncangan.

Itulah tadi 7 cara membangun rumah tahan gempa yang perlu dilakukan untuk menghindari robohnya bangunan saat gempa terjadi. Hal yang paling mendasar dalam membangun sebuah rumah adalah mematuhi setiap standar pembangunan, mulai dari jumlah material yang harus digunakan, pilihan bahan-bahan dalam membangun rumah yang dibutuhkan hingga cara mengaduk dan mengaplikasikan seluruh material tersebut. Korupsi bahan maupun waktu pengerjaan juga dapat berdampak pada kekuatan bangunan rumah Anda.